This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Rabu, 21 September 2011

Krueng Raya






Bagi warga di seputaran Teluk Krueng Raya, Aceh Besar, tibanya musem (musim) jambee kleng tidak hanya sekedar ‘pesta’ hutan, melainkan sebagai sumber penambah penghasilan selain bertani, melaut, berdagang, mengolah hasil laut dan buruh pelabuhan.
Di sepanjang perbukitan yang melintang dari semenanjung Ujong Batee, Kecamatan Mesjid Raya, Aceh Besar hingga ke Blang Raya, Kecamatan Muara Tiga, Pidie bak pesta hutan di musim jamlbang alias jambu keling atau buah mirip anggur itu. Se antero bukit dipenuhi warga yang ingin menikmati langsung buah musiman yang tak bisa dicicipi sepanjang tahun itu.
Tak berlebihan jika banyak warga, terutama warga kota yang rela berpeluh keringat mendaki bukit untuk sekedar menikmati ‘anggur Aceh’ itu. Meski lelah, namun dengan memakan buah jamblang segar, apalagi memetik dengan tangan sendiri dari batangnya, seakan semua itu terbayar cash langsung di tempat.
Biasanya, tumbuhan yang juga kerap dipakai untuk kebutuhan medis itu termasuk kategori musiman, hanya berbuah setahun sekali atau dalam bahasa lokal disebut musem jambee kleng.
Selain menikmati jamblang langsung dari pohon, pengunjung pun dapat memanjakan mata dengan hamparan Selat Malaka yang terpampang dari Aroeh Raya, Pulo Aceh hingga semenanjung Ujong Teungku di Blang Ulam di Gampong Lamreh, Kecamatan Mesjid Raya, Aceh Besar.
Tibanya musim jambee kleng, warga di seputaran Teluk Krueng Raya tidak hanya sekedar ‘pesta’ hutan tahunan. Masyarakat di sana memandangnya sebagai sumber penghasilan tambahan selain bertani, melaut, berdagang, mengolah hasil laut dan buruh pelabuhan.
Jika tidak ada musim buah ini, di sepanjang lintangan bukit yang membelah Aceh besar itu tampak sepi. Hanya desiran angin di daun cemara gunung, pinus, dan beberapa tumbuhan lainnya yang masuk dalam wilayah penghijauan yang digagas Soeharto di penghujung tahun 1995 silam. Bukit itu pun dinamai Bukit Soeharto dan nama itu bertahan sampai sekarang.
Tak banyak yang kita bisa jumpai di bukit itu, selain pohon pohonan dan beberapa ekor lembu warga yang dilepasliarkan di sana. Untuk berwisata hutan nampaknya tak cocok di gunung itu. Karena pada dasarnya areal itu adalah perbukitan tandus dan berbatu. Hanya di celah-celah lereng gunung dan lembah saja yang subur untuk lahan pertanian serta pohon-pohon hutan lainnya.
Hal itu tidak berlaku di musim jamblang. Hampir disetiap sisi bukit saban hari dipenuhi warga. Bahkan di tempat-tempat tertentu, tenda-tenda darurat didirikan oleh pemetik jamblang layaknya pengungsi korban tsunami atau konflik. Biasanya warga yang mendirikan tenda-tenda itu bukanlah penduduk setempat, mereka umumnya berasal dari Laweueng, Kecamatan Muara Tiga, Pidie yang mengincar buah pekat itu. Mereka pun bukan untuk bereuforia disana, tapi untuk mengumpulkan rupiah.
Seperti pada beberapa musim jamblang terakhir, mereka bertahan di bukit itu hingga di penghujung musim. Perlu diketahui, musim jamblang jatuh pada Bulan Juni atau Juli dan jika kondisi alam bagus, musim itu bisa bertahan hingga bulan Desember. Jika tidak, pohon itu hanya mampu berbuah dalam 3 bulan.
Di musim tahun lalu, jambee kleng dijual Rp10 ribu untuk satu plastik seukuran setengah kilogram, sedangkan untuk takaran satu bambu atau dalam bahasa Aceh disebut are dihargai Rp15 ribu. Selain menjajakan sendiri, warga setempat juga menjual buah hutan tandus itu kepada mugee atau tengkulak.
Biasanya para mugee langsung menunggu para pemetik jamblang di lereng bukit atau tepi jalan yang termasuk dalam kawasan hutan jamblang. Atau ada juga sebagian warga yang punya penampung langganan di perkampungan seperti di Gampong Lamreh, Kecamatan Mesjid Raya, Aceh Besar.
Mengenal Jambee Kleng
Jamblang tergolong tumbuhan buah-buahan yang berasal dari Asia dan Australis tropic. Biasa ditanam di pekarangan atau tumbuhan liar, terutama di hutan jati dan perbukitan tandus. Jamblang tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian 500 m dpl.
Jamblang, jambu keling atau jambee kleng adalah sejenis pohon buah dari suku jambu-jambuan dalam bahasa latin disebut syzygium cumini. Khusus untuk penyebutan jambu keling itu berdasarkan warnanya yang hitam pekat mirip kulit orang-orang keling dari Hindustan ketika buah itu benar-benar matang.
Di Aceh sendiri buah yang rasanya sepat masam itu di sebut Jambee Kleng yang artinya sama juga dengan Jambu Keling. Di bebrapa tempat di nusantara juga punya sebutan masing terhadap buah itu. Katakan saja di Gayo, warga setempat menyebutnya Jambu Kling, dalam bahasa Minang Jambu kaliang.
Sementara di Flores dinamai jambulan, warga ternate menyebutnya jambula. Orang betawi mengenalnya sebagai jamblang, di Pulau Jawa dikenal dengan jambu juwet atau duwet, jiwat dan jiwat padi. Dhuwak atau dhalas (Madura), jujutan (Bali), duwe (Bima). Sedangkan di Sulawesi Utara disebut jambulang, jambulan atau jombulan. Dalam beberapa bahasa asing buah ini dikenal sebagai jambulan, jambulana (Malaysia), duhat (Filipina), Hainan pu tao, wu kou guo, zi pu tao (Cina), Java plum atau black plum (Inggris).
Pohon Jamblang termasuk jenis tumbuhan berbatang kokoh dan tidak menggugurkan daun kecuali jatuh sendiri karena layu tua. Berbatang bengkok dengan ketingian hingga 20 meter dan berdiameter 90 cm serta bercabang rendah dan bertajuk bulat atau tidak beraturan.
Daun-daunnya saling berhadapan dengan tangkai 1 samapai 3,5 cm. Helaian daun berbentuk bundar telur. Pangkalnya berbentuk pasak, ujung tumpul agak melancip, bertepi rata dan agak tembus pandang. Warna daunnya Hijau tua berkilat di bagian atas, sedangkan daun yang muda berwarna merah jambu dan agak berbau daun pinus bila diremas.
Bunganya kecil, tersusun rapat-rapat 3 hingga 8 kuntum pada tiap ujung tangkai dan berbau harum. Daun kelopak berbentuk lonceng melebar atau corong dengan tinggi 4 sampai 6 milimeter dan berwarna kuning sampai keunguan. Daun mahkota berbentuk bundar, berbenang sari dan mudah gugur.
Di India dan Filipina, beberapa daerah di Indonesia, buah jamblang masak biasa dimakan segar atau ada juga yang dicampur sedikit garam dan ditambahi gula, lalu dikocok di dalam wadah tertutup sehingga lunak dan berkurang sepatnya. Buah yang kaya vitamin A dan C ini juga dapat dijadikan sari buah, jeli atau anggur. Khusus di Filipina, anggur jamblang sangat digemari dan bernilai komersil tinggi.
Kayu batangnya kerap digunakan warga untuk bahan bangunan. Meski tidak terlalu istimewa, kayu ini cukup kuat, tahan air dan serangan serangga. Sementara masyarakat tradisional lebih sering menggunakannya sebagai kayu bakar. Kulit kayunya menghasilkan zat penyamak (tanin) dan dimanfaatkan untuk mewarnai jaring atau pukat nelayan. Kepingan kecil kulit pohon jamblang juga kerap dipakai untuk menghambat keasaman tuak dan daunnya untuk pakan ternak.
Pohon jamblang juga sering ditanam sebagai pohon peneduh di pekarangan dan perkebunan, misalnya untuk meneduhi tanaman kopi atau sebagai penahan angin (wind break). Bunga-bunganya baik sebagai pakan lebah madu.
Kebutuhan Medis
Daging buah rasanya asam manis, sifatnya sejuk, astrigen kuat, berbau aromatic. Berkasiat melumas organ paru, menghentikan batuk, pelancar kencing (diuretik), pelancar kentut (karminatif), memperbaiki gangguan pencernaan, merangsang keluarnya air liur, dan menurunkan kadar glukosa darah (hipoglikemik). Kulit kayu berkasiat untuk pelancar haid.
Jamblang juga mengandung minyak asiri, fenol (methylxanthoxylin), alkaloid (jambosine), asam organic, triterpenoid, resin yang berwarna merah tua mengandung asam elagat dan tanin. Hasil penelitian menunjukkan biji, daun, dan kulit kayu jamblang mempunyai khasiat menurunkan kadar glukosa darah (efek hipoglikemik) pada penderita diabetes melitus tipe II. Penelitian di India mendapatkan hasil bahwa buah jamblang potensial sebagai obat kontrasepsi pada pria.
Pada percobaan binatang, jamblang dapat mencegah timbulnya katarak akibat diabetes. Jamblang juga menurunkan risiko timbulnya atherosklerosis sampai 60–90% pada penderita diabetes. Hal ini terjadi karena kandungan oleanolic acid pada jamblang dapat menekan peran radikal bebas dalam pembentukan atherosklerosis.
Beberapa bagian dari tumbuhan itu juga dipergunakan sebagai bahan obat tradisional maupun modern. Kulit batang, daun, buah dan bijinya biasa dipakai untuk obat kencing manis (diabetes mellitus), Batuk kronis, sesak napas (asma), Batuk rejan, batuk pada TB paru disertai nyeri dada, diare Keracunan strychnine (penawar racun yang tidak spesifik) dan Pembesaran limpa. Bisa juga untuk mengobati gangguan pencernaan seperti kembung, nyeri lambug, keram perut dan sariawan.

Tips Memetik Jambee Kleng
Seperti memetik buah lainnya, memetik jambu keling juga punya cara tersendiri. Apalagi kalau untuk dijual atau dibawa ke kota sekedar buah tangan untuk keluarga atau tetangga yang belum sempat pergi.
Dari tekstur buah jamblang sendiri dapat kita lihat bagaimana daging buahnya begitu mudah sekali lecet atau bahkan bisa mencair. Apalagi jika ditambah dengan suhu panas di perjalanan, asli wak, dijamin bakal seperti bubur. Jadialah bubur Jambee Kleng.
Untuk memastikan jamblang kita utuh sampai tempat tujuan. Ada baiknya memperhatikan beberapa informasi berikut ini:
    Pastikan tangan anda kering saat menyentuh buah dan melepasnya dari tangkai pohon. Karena buah jamblang mudah menerima rangsangan dari luar, terutama bau. Apalagi ketika membasuh peluh, terutama bagian ketiak terus menyentuh langsung buahnya, bau keringat itu bakal diserap ke dalam buah.
    Pastikan saat buah memasukkannya dalam penampungan yang dibawa sebelumnya benar-benar bebas dari tangkai. Karena tangkainya yang keras itu bisa menusuk buah yang lain.
    Jangan sekali-kali menggunakan kantong plastik atau kresek sebagai media penampungannya. Dengan kantong itu, buah jamblang bakal meupiret atau terdesak dengan diding plastik yang membantunya cepat melebur alias menjadi bubur.
    Sebaiknya gunakan ember atau timba pastik sebagai tempat meletakkan jamlang pascadipetik. Tempat jenis itu lebih terjamin keutuhan jamblang anda.
    Bagi para perempuan yang ingin menikmati langsung buah jamblang dari batangnya, disarankan untuk menggunakan celana panjang. Tentunya tidak disarankan yang ketat. Menggunakan celana bukan hanya sekedar agar mudah memenjat pohon yang agak tinggi tetapi juga memudahkan anda saat mendaki bukit.
    Jika anda pada posisi diatas pohon, sebaiknya tidak mencicipi langsung buahnya. Turunkan dulu dan meninkmatinya di bawah pohon. Ini persoalan etika wak. Jika makan di atas pohon, tak ubahnya anda seperti lhong atau kalong yang saban malam menyambangi pohon itu.
Demikian sedikit informasi sebagai persiapan menyambut ‘pesta’ musim jamblang di Teluk Krueng Raya yang biasanya jatuh sekitar bulan Juni atau Juli dan hingga bulan Desember.(cra/dbs)

sumber : http://harian-aceh.com/2011/06/05/wisata-jambee-kleng-di-teluk-krueng-raya

Selasa, 20 September 2011

pulau weh..

Sabang adalah kota kecil yang terletak di pulau Weh, pulau di ujung paling barat Indonesia. Jaraknya sekitar 14 mil atau 22,5 Km dari Banda Aceh yang dapat ditempuh kurang lebih selama 2 jam dengan kapal Fery, dan 45 menit dengan kapal cepat. Kota Sabang merupakan andalan wisata Aceh, untuk kategori wisata bahari. Keindahan taman lautnya sangat terkenal, tidak kalah dengan taman laut Bunaken, di sulawesi utara. Tak salah jika pemerintah, melalui Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, menetapkan Sabang (pulau Weh) sebagai destinasi wisata nasional.
Taman-Wisata-Alam-Laut-Pulau-Weh-Sabang
Pulau Weh
Keindahan pantai dan taman lautnya yang masih alami begitu mempesona, menjadi magnet dan surga bagi wisatawan asing maupun domestik yang hobi menyelam (diving). Menurut teman saya yang asli orang Sabang, setidaknya ada 26 titik potensial tujuan wisata yang bisa dikunjungi di kota Sabang. Namun yang paling populer adalah Pantai Gapang, Pantai Rubiah, dan Pantai Iboih, yang terkenal dengan keindahan Garden Under Water-nya.
sabang-terumbu-karang-rubiah
Hewan laut seperti pari manta, hiu, paus, lumba-lumba, penyu dan hewan-hewan laut cantik lainnya, dengan mudah bisa ditemui di sekitar perairan kota sabang. Penyelam berpengalaman dan instruktur selam siap memandu para wisatawan menikmati keindahan taman-taman laut yang ada di sana. Menurut orang-orang yang pernah ke Sabang, untuk sekali menyelam kita harus merogoh kocek kurang lebih 300rb rupiah. Tapi kalau cuma pengen snorkeling aja, cukup bayar biaya sewa alat snorkeling sebesar kurang lebih 45rb rupiah.
Akomodasi seperti penginapan, cafe dan restoran sudah tersedia, mulai dari yang paling murah sampai yang paling mahal. Taman Wisata Culiner di Gampong Kuta Barat, lokasi terbaik bagi yang ingin mencici kuliner Aceh, khusus kuliner khas kota sabang. Terus yang hobi mancing, perairan laut di sekitar pulau Rondo, adalah lokasi yang tepat.
 Peta Sabang 2
Di ujung pulau Weh, terdapat sebuah monumen atau tugu, yaitu Tugu Kilometer Nol. Tugu ini merupakan titik awal perhitungan luas wilayah Indonesia dari Sabang sampai Meuroke. Jarak dari pusat kota sabang, kurang lebih 15 km, dengan perjalanan darat. Dalam perjalanan menuju ke Tugu Kilometer Nol, kita akan melewati Pantai Gapang, pantai Iboih dan pantai atau pulau Rubiah.
Di pulau Weh, juga terdapat gunung berapi. Menurut sejarah Aceh, pulau Weh, dulunya tersambung dengan daratan pulau sumatra. Namun terpisah akibat letusan gunung berapai pada zaman pleistosen. Di bawah kedalaman 9 meter dekat kota sabang, para wisatawan berani menyelam bisa menyaksikan gunung berapi bawah laut.
Aceh sebenarnya memiliki banyak objek wisata yang menarik untuk dikunjungi. Tapi sepertinya kurang promosi, sehingga belum banyak orang yang tahu potensi wisata Aceh. Karena itu, mulai tahun 2011 pemerintah daerah propinsi Naggroe Aceh Darussalam, melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Banda Aceh, mencanangkan Visit Banda Aceh 2011, untuk memperkenalkan Aceh Tourism ke level Nasional dan Internasional.
IT’S TIME TO VISIT BANDA ACEH!
Sumber gambar:
http://indonesia.travel | http://triptourism.com | http://piyoh.blogspot.com

Pantai Lampuuk

Pantai Lampuuk

Pantai Lampuuk di Kecamatan Lhoknga, Aceh Besar

A. Selayang Pandang

Sebelum gempa dan tsunami 26 Desember 2004, Pantai Lampuuk menjadi salah satu objek wisata favorit masyarakat Aceh. Pohon cemara tumbuh rimbun di sepanjang pantai dengan hembusan angin pantai yang segar. Terdapat banyak tempat makan dengan penjaja ikan segar yang siap dipanggang  dan bisa langsung dinikmati oleh pengunjung pantai.

Berbeda halnya setelah terjadi tsunami, pantai ini terlihat sepi, kurang terawat dan banyak pohon cemara yang tumbang terkena tsunami. Namun demikian, saat ini pantai ini mulai dikelola kembali secara baik oleh pemerintah. Di akhir pekan atau hari libur banyak pengunjung yang datang untuk berekreasi. Khusus para staf Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) internasional yang bertugas di Aceh, banyak dari mereka berekreasi dengan berselancar dan berlayar. Di samping itu informasi yang perlu diketahui oleh para pengunjung adalah adanya zona terlarang untuk aktivitas berenang, karena pusaran ombaknya terlalu berbahaya.

Di sekitar pantai berdiri megah sebuah pabrik semen Andalas yang sempat mengalami kerusakan parah akibat gempa dan Tsunami. Di dekat pantai juga terlihat sebuah mesjid megah berwarna putih – merupakan satu-satunya bangunan yang masih utuh ketika terjadi tsunami di kawasan ini dan telah ditetapkan oleh pemerintah daerah sebagai monumen tragedi tsunami. Masjid ini berada satu komplek dengan perumahan pasca tsunami yang dibangun pemerintah Turki.
B. Keistimewaan

Pantai Lampuuk sangat indah dengan pasir putihnya. Di pantai ini para wisatawan dapat berenang, berjemur, memancing, berlayar, berselancar, menyelam dan kegiatan rekreasi lainnya. Di kawasan pantai terdapat Padang Golf Seulawah dengan latar belakang panorama laut. Di sore hari pantai ini terasa lebih indah dan penuh pesona. Pengunjung dapat menyaksikan indahnya matahari terbenam, sehingga memberikan suatu kenikmatan tidak terlupakan.
C. Lokasi

Kawasan Lampuuk terletak di pantai barat Aceh di ujung pulau Sumatera. Ia berada di Kecamatan Lhoknga, Kabupaten Aceh Besar. Lokasinya berdekatan dengan pantai Lhoknga dan dapat ditempuh melalui jalur Banda Aceh – Calang (Aceh Jaya).
D. Akses Menuju Lokasi

Jarak lokasi pantai dengan kota Banda Aceh, Ibu Kota Propinsi kurang lebih 20 km. Dari Kota Banda Aceh dapat ditempuh dengan kendaraan pribadi dalam waktu kurang dari 20 menit. Apabila naik angkutan umum, yaitu labi-labi (angkot) jurusan Banda Aceh-Lhoknga ditempuh kurang lebih 35 menit.




 
sumber : wahana-budaya-indonesia.com

Masjid raya baiturrahman

Masjid Raya Baiturrahman adalah sebuah masjid yang berada di pusat Kota Banda Aceh. Masjid ini dahulunya merupakan masjid Kesultanan Aceh.
Masjid Raya Baiturrahman merupakan salah satu masjid termegah di Asia Tenggara. Masjid ini berada di pusat kota Banda Aceh yang bersebelahan dengan pasar tradisional Aceh, Nanggroe Aceh Darussalam, Indonesia. Masjid yang menempati area kurang lebih empat hektar ini berarsitektur indah dan unik, memiliki tujuh kubah, empat menara dan satu menara induk. Ruangan dalam berlantai marmer buatan Italia, luasnya mencapai 4.760 m2, dan dapat menampung hingga 9.000 jama‘ah. Di halaman depan masjid terdapat sebuah kolam besar, rerumputan yang tertata rapi dengan tanaman hias dan pohon kelapa yang tumbuh di atasnya.
Masjid Raya Baiturrahman adalah simbol religius, keberanian dan nasionalisme rakyat Aceh. Masjid ini dibangun pada masa Sultan Iskandar Muda (1607-1636), dan merupakan pusat pendidikan ilmu agama di Nusantara. Pada saat itu banyak pelajar dari Nusantara, bahkan dari Arab, Turki, India, dan Parsi yang datang ke Aceh untuk menuntut ilmu agama.
Masjid ini merupakan saksi bisu sejarah Aceh. Masjid ini merupakan markas pertahanan rakyat Aceh ketika berperang dengan Belanda (1873-1904). Pada saat terjadi Perang Aceh pada tahun 1873, masjid ini dibakar habis oleh tentara Belanda. Pada saat itu, Mayjen Khohler tewas tertembak di dahi oleh pasukan Aceh di pekarangan Masjid Raya. Untuk mengenang peristiwa tersebut, dibangun sebuah monumen kecil di depan sebelah kiri Masjid Raya, tepatnya di bawah pohon ketapang. Enam tahun kemudian, untuk meredam kemarahan rakyat Aceh, pihak Belanda melalui Gubernur Jenderal Van Lansnerge membangun kembali Masjid Raya ini dengan peletakan batu pertamanya pada tahun 1879. Hingga saat ini Masjid Raya telah mengalami lima kali renovasi dan perluasan (1879-1993).
Peristiwa sejarah yang terakhir adalah terjadinya bencana tsunami 24 Desember 2004. Ketinggian dan derasnya air tsunami hingga 2 meter yang hampir menggenangi ruangan dalam Masjid Raya, menjadi saksi sejarah bagi kebanyakan orang yang selamat ketika berlindung di Masjid Raya. Setelah air tsunami surut, di dalam Masjid Raya dijadikan tempat meletakkan ribuan jenazah korban tsunami.
Sewaktu Belanda menyerang kota Banda Aceh pada tahun 1873, masjid ini dibakar, kemudian pada tahun 1875 Belanda membangun kembali sebuah masjid sebagai penggantinya.
Mesjid ini berkubah tunggal dan dapat diselesaikan pada tanggal 27 Desember 1883. Selanjutnya Mesjid ini diperluas menjadi 3 kubah pada tahun 1935. Terakhir diperluas lagi menjadi 5 kubah (1959-1968).
Masjid ini merupakan salah satu masjid yang terindah di Indonesia yang memiliki bentuk yang manis, ukiran yang menarik, halaman yang luas dan terasa sangat sejuk apabila berada di dalam ruangan masjid tersebut.

sumber : http://acehpedia.org