Bagi warga di seputaran Teluk Krueng Raya, Aceh Besar, tibanya musem (musim) jambee kleng tidak hanya sekedar ‘pesta’ hutan, melainkan sebagai sumber penambah penghasilan selain bertani, melaut, berdagang, mengolah hasil laut dan buruh pelabuhan.
Di sepanjang perbukitan yang melintang dari semenanjung Ujong Batee, Kecamatan Mesjid Raya, Aceh Besar hingga ke Blang Raya, Kecamatan Muara Tiga, Pidie bak pesta hutan di musim jamlbang alias jambu keling atau buah mirip anggur itu. Se antero bukit dipenuhi warga yang ingin menikmati langsung buah musiman yang tak bisa dicicipi sepanjang tahun itu.
Tak berlebihan jika banyak warga, terutama warga kota yang rela berpeluh keringat mendaki bukit untuk sekedar menikmati ‘anggur Aceh’ itu. Meski lelah, namun dengan memakan buah jamblang segar, apalagi memetik dengan tangan sendiri dari batangnya, seakan semua itu terbayar cash langsung di tempat.
Biasanya, tumbuhan yang juga kerap dipakai untuk kebutuhan medis itu termasuk kategori musiman, hanya berbuah setahun sekali atau dalam bahasa lokal disebut musem jambee kleng.
Selain menikmati jamblang langsung dari pohon, pengunjung pun dapat memanjakan mata dengan hamparan Selat Malaka yang terpampang dari Aroeh Raya, Pulo Aceh hingga semenanjung Ujong Teungku di Blang Ulam di Gampong Lamreh, Kecamatan Mesjid Raya, Aceh Besar.
Tibanya musim jambee kleng, warga di seputaran Teluk Krueng Raya tidak hanya sekedar ‘pesta’ hutan tahunan. Masyarakat di sana memandangnya sebagai sumber penghasilan tambahan selain bertani, melaut, berdagang, mengolah hasil laut dan buruh pelabuhan.
Jika tidak ada musim buah ini, di sepanjang lintangan bukit yang membelah Aceh besar itu tampak sepi. Hanya desiran angin di daun cemara gunung, pinus, dan beberapa tumbuhan lainnya yang masuk dalam wilayah penghijauan yang digagas Soeharto di penghujung tahun 1995 silam. Bukit itu pun dinamai Bukit Soeharto dan nama itu bertahan sampai sekarang.
Tak banyak yang kita bisa jumpai di bukit itu, selain pohon pohonan dan beberapa ekor lembu warga yang dilepasliarkan di sana. Untuk berwisata hutan nampaknya tak cocok di gunung itu. Karena pada dasarnya areal itu adalah perbukitan tandus dan berbatu. Hanya di celah-celah lereng gunung dan lembah saja yang subur untuk lahan pertanian serta pohon-pohon hutan lainnya.
Hal itu tidak berlaku di musim jamblang. Hampir disetiap sisi bukit saban hari dipenuhi warga. Bahkan di tempat-tempat tertentu, tenda-tenda darurat didirikan oleh pemetik jamblang layaknya pengungsi korban tsunami atau konflik. Biasanya warga yang mendirikan tenda-tenda itu bukanlah penduduk setempat, mereka umumnya berasal dari Laweueng, Kecamatan Muara Tiga, Pidie yang mengincar buah pekat itu. Mereka pun bukan untuk bereuforia disana, tapi untuk mengumpulkan rupiah.
Seperti pada beberapa musim jamblang terakhir, mereka bertahan di bukit itu hingga di penghujung musim. Perlu diketahui, musim jamblang jatuh pada Bulan Juni atau Juli dan jika kondisi alam bagus, musim itu bisa bertahan hingga bulan Desember. Jika tidak, pohon itu hanya mampu berbuah dalam 3 bulan.
Di musim tahun lalu, jambee kleng dijual Rp10 ribu untuk satu plastik seukuran setengah kilogram, sedangkan untuk takaran satu bambu atau dalam bahasa Aceh disebut are dihargai Rp15 ribu. Selain menjajakan sendiri, warga setempat juga menjual buah hutan tandus itu kepada mugee atau tengkulak.
Biasanya para mugee langsung menunggu para pemetik jamblang di lereng bukit atau tepi jalan yang termasuk dalam kawasan hutan jamblang. Atau ada juga sebagian warga yang punya penampung langganan di perkampungan seperti di Gampong Lamreh, Kecamatan Mesjid Raya, Aceh Besar.
Mengenal Jambee Kleng
Jamblang tergolong tumbuhan buah-buahan yang berasal dari Asia dan Australis tropic. Biasa ditanam di pekarangan atau tumbuhan liar, terutama di hutan jati dan perbukitan tandus. Jamblang tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian 500 m dpl.
Jamblang, jambu keling atau jambee kleng adalah sejenis pohon buah dari suku jambu-jambuan dalam bahasa latin disebut syzygium cumini. Khusus untuk penyebutan jambu keling itu berdasarkan warnanya yang hitam pekat mirip kulit orang-orang keling dari Hindustan ketika buah itu benar-benar matang.
Di Aceh sendiri buah yang rasanya sepat masam itu di sebut Jambee Kleng yang artinya sama juga dengan Jambu Keling. Di bebrapa tempat di nusantara juga punya sebutan masing terhadap buah itu. Katakan saja di Gayo, warga setempat menyebutnya Jambu Kling, dalam bahasa Minang Jambu kaliang.
Sementara di Flores dinamai jambulan, warga ternate menyebutnya jambula. Orang betawi mengenalnya sebagai jamblang, di Pulau Jawa dikenal dengan jambu juwet atau duwet, jiwat dan jiwat padi. Dhuwak atau dhalas (Madura), jujutan (Bali), duwe (Bima). Sedangkan di Sulawesi Utara disebut jambulang, jambulan atau jombulan. Dalam beberapa bahasa asing buah ini dikenal sebagai jambulan, jambulana (Malaysia), duhat (Filipina), Hainan pu tao, wu kou guo, zi pu tao (Cina), Java plum atau black plum (Inggris).
Pohon Jamblang termasuk jenis tumbuhan berbatang kokoh dan tidak menggugurkan daun kecuali jatuh sendiri karena layu tua. Berbatang bengkok dengan ketingian hingga 20 meter dan berdiameter 90 cm serta bercabang rendah dan bertajuk bulat atau tidak beraturan.
Daun-daunnya saling berhadapan dengan tangkai 1 samapai 3,5 cm. Helaian daun berbentuk bundar telur. Pangkalnya berbentuk pasak, ujung tumpul agak melancip, bertepi rata dan agak tembus pandang. Warna daunnya Hijau tua berkilat di bagian atas, sedangkan daun yang muda berwarna merah jambu dan agak berbau daun pinus bila diremas.
Bunganya kecil, tersusun rapat-rapat 3 hingga 8 kuntum pada tiap ujung tangkai dan berbau harum. Daun kelopak berbentuk lonceng melebar atau corong dengan tinggi 4 sampai 6 milimeter dan berwarna kuning sampai keunguan. Daun mahkota berbentuk bundar, berbenang sari dan mudah gugur.
Di India dan Filipina, beberapa daerah di Indonesia, buah jamblang masak biasa dimakan segar atau ada juga yang dicampur sedikit garam dan ditambahi gula, lalu dikocok di dalam wadah tertutup sehingga lunak dan berkurang sepatnya. Buah yang kaya vitamin A dan C ini juga dapat dijadikan sari buah, jeli atau anggur. Khusus di Filipina, anggur jamblang sangat digemari dan bernilai komersil tinggi.
Kayu batangnya kerap digunakan warga untuk bahan bangunan. Meski tidak terlalu istimewa, kayu ini cukup kuat, tahan air dan serangan serangga. Sementara masyarakat tradisional lebih sering menggunakannya sebagai kayu bakar. Kulit kayunya menghasilkan zat penyamak (tanin) dan dimanfaatkan untuk mewarnai jaring atau pukat nelayan. Kepingan kecil kulit pohon jamblang juga kerap dipakai untuk menghambat keasaman tuak dan daunnya untuk pakan ternak.
Pohon jamblang juga sering ditanam sebagai pohon peneduh di pekarangan dan perkebunan, misalnya untuk meneduhi tanaman kopi atau sebagai penahan angin (wind break). Bunga-bunganya baik sebagai pakan lebah madu.
Kebutuhan Medis
Daging buah rasanya asam manis, sifatnya sejuk, astrigen kuat, berbau aromatic. Berkasiat melumas organ paru, menghentikan batuk, pelancar kencing (diuretik), pelancar kentut (karminatif), memperbaiki gangguan pencernaan, merangsang keluarnya air liur, dan menurunkan kadar glukosa darah (hipoglikemik). Kulit kayu berkasiat untuk pelancar haid.
Jamblang juga mengandung minyak asiri, fenol (methylxanthoxylin), alkaloid (jambosine), asam organic, triterpenoid, resin yang berwarna merah tua mengandung asam elagat dan tanin. Hasil penelitian menunjukkan biji, daun, dan kulit kayu jamblang mempunyai khasiat menurunkan kadar glukosa darah (efek hipoglikemik) pada penderita diabetes melitus tipe II. Penelitian di India mendapatkan hasil bahwa buah jamblang potensial sebagai obat kontrasepsi pada pria.
Pada percobaan binatang, jamblang dapat mencegah timbulnya katarak akibat diabetes. Jamblang juga menurunkan risiko timbulnya atherosklerosis sampai 60–90% pada penderita diabetes. Hal ini terjadi karena kandungan oleanolic acid pada jamblang dapat menekan peran radikal bebas dalam pembentukan atherosklerosis.
Beberapa bagian dari tumbuhan itu juga dipergunakan sebagai bahan obat tradisional maupun modern. Kulit batang, daun, buah dan bijinya biasa dipakai untuk obat kencing manis (diabetes mellitus), Batuk kronis, sesak napas (asma), Batuk rejan, batuk pada TB paru disertai nyeri dada, diare Keracunan strychnine (penawar racun yang tidak spesifik) dan Pembesaran limpa. Bisa juga untuk mengobati gangguan pencernaan seperti kembung, nyeri lambug, keram perut dan sariawan.
Tips Memetik Jambee Kleng
Seperti memetik buah lainnya, memetik jambu keling juga punya cara tersendiri. Apalagi kalau untuk dijual atau dibawa ke kota sekedar buah tangan untuk keluarga atau tetangga yang belum sempat pergi.
Dari tekstur buah jamblang sendiri dapat kita lihat bagaimana daging buahnya begitu mudah sekali lecet atau bahkan bisa mencair. Apalagi jika ditambah dengan suhu panas di perjalanan, asli wak, dijamin bakal seperti bubur. Jadialah bubur Jambee Kleng.
Untuk memastikan jamblang kita utuh sampai tempat tujuan. Ada baiknya memperhatikan beberapa informasi berikut ini:
- Pastikan tangan anda kering saat menyentuh buah dan melepasnya dari tangkai pohon. Karena buah jamblang mudah menerima rangsangan dari luar, terutama bau. Apalagi ketika membasuh peluh, terutama bagian ketiak terus menyentuh langsung buahnya, bau keringat itu bakal diserap ke dalam buah.
- Pastikan saat buah memasukkannya dalam penampungan yang dibawa sebelumnya benar-benar bebas dari tangkai. Karena tangkainya yang keras itu bisa menusuk buah yang lain.
- Jangan sekali-kali menggunakan kantong plastik atau kresek sebagai media penampungannya. Dengan kantong itu, buah jamblang bakal meupiret atau terdesak dengan diding plastik yang membantunya cepat melebur alias menjadi bubur.
- Sebaiknya gunakan ember atau timba pastik sebagai tempat meletakkan jamlang pascadipetik. Tempat jenis itu lebih terjamin keutuhan jamblang anda.
- Bagi para perempuan yang ingin menikmati langsung buah jamblang dari batangnya, disarankan untuk menggunakan celana panjang. Tentunya tidak disarankan yang ketat. Menggunakan celana bukan hanya sekedar agar mudah memenjat pohon yang agak tinggi tetapi juga memudahkan anda saat mendaki bukit.
- Jika anda pada posisi diatas pohon, sebaiknya tidak mencicipi langsung buahnya. Turunkan dulu dan meninkmatinya di bawah pohon. Ini persoalan etika wak. Jika makan di atas pohon, tak ubahnya anda seperti lhong atau kalong yang saban malam menyambangi pohon itu.
sumber : http://harian-aceh.com/2011/06/05/wisata-jambee-kleng-di-teluk-krueng-raya